Background















Tulisan ini sebetulnya testimoni untuk tulisan ‘Pencipta Tuhan?’, namun agar bisa dishare dengan kawan-kawan Kompasianer, alangkah baiknya bila di postkan saja.
Tulisan ‘Pencipta Tuhan?’ darianglemichael sungguh penuh dengan teka-taki logika. Tentu saja ini merupakan hasil pencariannya yang kreatif atas logika-logika ilmu yang menyeret pada pencariannya akan Tuhan, yang dihubung-hubungkannya dengan berbagai ilmu yang ada dalam dunia akademis. Dengan kedalaman logika dan kemampuan penulisnya, sampai-sampai penulis mengklaim dan menyarankan agar orang yang membacanya harus sudah paham. Di bawah ini saya kutipkan:
“Bahasan berikut sangat berat untuk dimengerti, penulis sarankan pembaca mempelajari dulu ilmu Matematika, ilmu Fisika mengenai Energi Ion, Electron, Proton, Atom atau Quantum Mechanic dan Ilmu Biologi yang meliputi Genetik, Molecule, RNA & DNA, Mutasi dan Evolusi.”
Bahkan dalam warningnya dia menyarankan “Tulisan liar dan gila ini, adalah wujud explorasi, pencarian dan rasa keingintahuan, jadi sebelum membaca dan marah-marah, saya tekankan lagi, ini tulisan khusus orang yang sudah gila, WARNING, JANGAN MEMBACANYA, BISA-BISA  ANDA AKAN IKUT GILA (^_^).
Tentu saja saya juga takut GILA, dan tidak mau kegilaan seseorang menular kepada saya dan kawan Kompasianer yang lain he..he.., Apa lagi seperti filsfu kita Nitzshe yang berteriak-teriak di jalanan bahwa ‘Tuhan Telah Mati, Tuhan Telah Mati, Tuhan Telah Mati”. Oleh karena itu saya merasa memiliki semacan kewajiban untuk membaca, dan tentu saja menafsirkan serta mengomentarinya sesuai dengan Prinsip saya, Membaca adalah Persfektif, maka tidak ada persfektif tanpa menuliskannya lagi.
Untuk mencoba mencari Jawaban tentang Tuhan, Saya hanya mampu mengutif pernyataan seorang Pilsuf. Ibn Arabi bahwa Tuhan itu ada dua jenis, pertama Tuhan yang sebenarnya dan yang kedua Tuhan yang kita ciptakan.
Untuk Tuhan pertama kita tidak bisa mendefinisikannya karena Tuhan tidak bisa dijangkau dengan definisi terlebih logika, jika Tuhan bisa dijangkau dengan logika, berarti dia bukan Tuhan karena sudah dibatasi oleh logika kita.
Sedangkan Tuhan yang kedua adalah Tuhan yang kita Ciptakan, Tuhan yang kita ciptakan itulah Tuhan yang ada dalam logika dan terbatas dalam definisinya. Dengan definisi manusia, Tuhan menjadi terbatas. dan Tuhan yang mampu kita definisikanlah sebagai hasil ciptaan kita. seperti halnya yang bapak coba definisikan tentang Tuhan, itulah Tuhan yang kita ciptakan dan itu bukan Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan.
Pada sisi lain saya juga ingin mengutif Al-Ghazali seorang Sufi dan sekaligus Filsuf menyangkut Epistemologi, atau menyangkut Pilsafat pengetahuan, semacam sumber dan cara mendapatkan pengetahuan. Menurutnya untuk mendapatkan pengetahuan selain indra ada juga yang dinamakan Qolb, Qolb menurutnya merupakan alat untuk berfkir. Ada dua sub alat dari qolb ini, yang pertama adalah rasio dan yang kedua adalah hati. Rasio memiliki logikanya sendiri seperti dalam tulisan-tulisan kawan dan begitupun hati memiliki logikanya sendiri. Yang pertama dengan pikir dan yang kedua dengan rasa. Berbicara Tuhan jika Akal tidak mampu menemukan jawaban dengan pasti, maka yang pasti dapat menemukannya adalah dengan rasa. Persoalan Tuhan adalah persoalan Iman dan Iman tidak mampu dicapai dengan lokika Akal Secara sebelah menyebelah karena Tuhan dapat dicapai dengan Logika Rasa.
Seseorang yang mencoba menemukan Tuhan dengan Akal bisa jadi jika akalnya selalu bekerjasama dengan hatinya akan menemukan keberadaan Tuhan yang hakiki, namun jika Akal dengan Keukeuh ingin menemukan Tuhan dengan Logikanya maka siap-siaplah menjadi Gila, ya seperti yang kawan kita perkirakan, atau paling tidak jika kita memang sudah Gila seperti yang terjadi pada seorang Filsuf, Nietszhe yang tidak menemukan Tuhan dengan Akalnya hingga membuatnya menjadi Gila—atau mungkin dia memang sudah Gila he..he..
Berkaitan dengan pencarian Tuhan dengan segala macam tektek bengek teori tentu saja Tuhan tidak bisa ditemukan dan tentu saja Tuhan tidak tercipta dari ruang yang kosong, karena sesungguhnya ruang yang kosong itu justeru ciptaaan Tuhan sendiri, apalagi sampai mengatakan bahwa Tuhan muncul dari makhluk Super dan seterusnya. Jika kita mengira-ngira tentang teori keberadaan Tuhan dan kita mampu menemukan teori tentang Tuhan, tentu Tuhan yang dimaksud adalah Tuhan hasil ciptaan kita, karena sesungguhnya Tuhan tidak bisa kita definisikan seperti kata anglemichael sendiri bahwa Tuhan tidak bisa diciptakan.
Tuhan Bukan Manusia yang sedang bermain Dadu yang memunculkan probabilitas dan Alam semesta tidak diciptakannya dengan probabilitas seperti kata Einstein “Tuhan tidak sedang bermain Dadu”.
“Membaca adalah persfektif dan tidak ada persfektif tanpa kita menuliskannya kembali” –salam Kompasianer
Gambar diambil dari www.firmanbudi.wordpress.com


Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?". Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip Kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi Bahwa Tuhan itu adalah kejahatan." Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos. Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?" "Tentu saja," jawab si Profesor. Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?" "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada." Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?" Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan." Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam.




Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein



Joint Study team, technicians from TL and Petronas.


To look with an unbiased approach at the possibility of the landing of a pipeline on the shores of Timor-Leste. Timorese technicians with Petronas carried out a pre-feasibility study for the pipeline. Together with the Korean Consortium carried out a Bathymetric survey to determine the pipeline route to TL shores. 






Launching of the Bathymetric Survey. The public had the opportunity to visit the survey vessel. The survey took 5 months to map the north and south seas of Timor-Leste. 





The IV Constitutional Government through SERN has established 3 policies and 6 programs to manage TL’s natural resources. The programs are comprehensive and integrated with 2 main objectives; strong participation from the Timorese people and maximum benefits to the Timorese people from their natural resources. The programs are currently at various levels of implementation.

In 2008 SERN was able to send a total of 170 Timorese students to Australia, Indonesia , Portugal and other countries around the world under the scholarship program. In 2008 a pre-feasibility study was also carried out for the pipeline to land on the shores of TL. The Sunrise Commission was established to assist with development of the Sunrise field. The Autoridade Nacional do PetrĂ³leo was established (ANP) in 2008 under the leadership of Timorese people. On the geological mapping program, a number of preparations were made. A site was selected for the TL Supply Base and a Transparency House was established to facilitate the dissemination of information to the public about the petroleum sector.

In 2010 SERN will consolidate these programs and will establish a National Oil Company and an Institute of Petroleum and Geology. SERN will seek investors to build the supply base. New laws will be established for a better management of the natural resources.

In 2010 TL will be in a stronger position to meet the challenges and grab the opportunities arising from the natural resources.

ANP,NOC and IPG will be further strengthened upon the return of Timorese graduates from around the world
Alfredo Pires-SERN